Minggu, 23 Oktober 2016

Benarkah karma bisa dieliminasi


Petikan Ceramah Venerable Ding Hong :

Pertanyaan :
Ada sebuah syair yang berbunyi : “Meskipun melewati ratusan bahkan ribuan kalpa, benih karma yang diperbuat takkan musnah, ketika benih karma bertemu dengan faktor pendukung, buah akibatnya tetap harus ditanggung sendiri”.

Katanya bertobat bisa mengeliminasi karma, bukankah bertentangan dengan bunyi syair di atas?

Venerable Ding Hong menjawab :
Bertobat dan mengeliminasi karma, supaya rintangan karma ini takkan menghalangi usahamu terlahir ke Alam Sukhavati. Setelah melakukan karma buruk maka akan menjadi rintangan karma, menghalangi usahamu untuk terlahir ke Alam Sukhavati mencapai KeBuddhaan, setelah anda bertobat maka ini takkan menjadi penghalang lagi.

Tetapi anda telah melakukan karma buruk, dengan kata lain, telah menanam benih karma buruk, ketika benih karma bertemu dengan faktor pendukung, akan menghasilkan buah karma atau akibat karma. Hukum Karma sama sekali takkan meleset, setelah mencapai KeBuddhaan masih harus menerima akibat karma.

Serupa dengan Buddha Sakyamuni setelah mencapai KeBuddhaan masih harus menerima akibat karma, mengkonsumsi makanan kuda, Sang Buddha memperlihatkan pada kita kenyataan Hukum Karma.

Setelah mencapai KeBuddhaan, semua bentuk penampilan adalah untuk diperlihatkan kepada para makhluk, memberitahu kepada semua makhluk bahwa Hukum Karma sedikitpun takkan meleset, tidak boleh melakukan kejahatan, menciptakan karma buruk, oleh karena pasti ada akibatnya, walaupun telah mencapai KeBuddhaan juga masih harus menerima balasannya, ini memberitahukan pada kita, mesti takut pada Hukum Sebab Akibat. 

Lantas apa bedanya Sang Buddha dan orang awam ketika menerima akibat karma? Meskipun menerima balasan karma, harus menyantap makanan kuda, namun Sang Buddha menerimanya dengan kesadaran, Beliau amat menyadari Hukum Sebab Akibat, apa yang harus diterima tetap harus dijalani, takkan mengeluh, takkan menyalahkan siapapun.

Tetapi kalau orang awam yang menghadapi hal ini, maka takkan serupa dengan Buddha Sakyamuni yang begitu tenang, oleh karena hati Buddha adalah tercerahkan, sedangkan orang awam ketika harus menyantap makanan kuda akan merasa begitu sengsara dan tersiksa, berkeluh kesah, tidak sudi menerima kenyataan, merasa diperlakukan tidak adil, oleh karena hati orang awam adalah tersesat.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong
Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian
Serial ke-140
Tanggal : 4 Pebruari  2012
Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation     



  你忏悔消除罪业,就是这些障碍你往生的都不成障碍,就是你没有这个障碍了。业障,造了罪业就会障碍,障碍你往生成佛,你忏悔之后它不成障碍了。但是你造了这个事就有因果,因果报应是丝毫不爽,成佛了也得受报。像释迦牟尼佛成佛了还有马麦之报,这给我们示现因缘果报。成佛之后,那都是用来示现给众生的,告诉大家,因果报应丝毫不爽,不能干恶事、造恶业,否则肯定得受报,成了佛也受报,这告诉我们一定要敬畏因果。这就是佛事,你看过去造的罪业,现在可以作佛事,那完全不一样。不一样的,不是事上有什么不一样,该受还得受,释迦牟尼佛该吃马麦得吃马麦。但是一个凡人吃马麦跟释迦牟尼佛吃马麦是不一样的心,释迦牟尼佛是觉悟的心,凡人吃那是很苦,迷。所以佛跟凡夫有不同的地方,只有迷悟不同,其他事相上、因果上没什么不同,迷就是凡夫,觉悟了就是佛。
  选自 修行与生活座谈会  定弘法师主讲  (第一四0)  2012/2/4  香港佛陀教育协会