Jumat, 06 Januari 2017

Melatih Kesabaran (Bgn 3)


4. Kesabaran mengikuti Ajaran Buddha, menaati Ajaran Buddha, Bodhisattva kapan saja dan di mana saja senantiasa mematuhi Ajaran Buddha. Ketika kita sedang ada beban pikiran, umpamnya orang lain sengaja membuat kita tersinggung, maka kita harus meredakan amarah atau kebencian, menggunakan Ajaran Buddha untuk menyeimbangkan kembali batin sendiri, segala sesuatu muncul dari hati dan pikiran, ibarat mimpi, khayalan, gelembung air dan bayangan, bagaimana bisa dianggap sebagai nyata adanya?

Asalkan anda mampu membangkitkan pikiran benar sedemikian rupa, maka amarah di hati dengan sendirinya akan sirna, apa yang ingin anda perebutkan? Memperebutkan hal yang bersifat khayalan semu. Banyak kejadian masa lalu yang bila kita kenang kembali, tempo hari kita merasa begitu emosi, namun sekarang bila dipikirkan kembali terasa lucu bukan? Buat apa? Kini semua ini bagaikan asap yang berlalu di depan mata, sirna sudah.

Namun kita sebagai orang awam selalu saja tidak bisa berpikir lapang saat dilanda masalah, kita tidak mampu keluar dari lingkaran kegundahan tersebut, tidak sanggup melepaskan kemelekatan dan tidak sanggup mengikhlaskan, akhirnya hanya bisa mengikuti arus beban pikiran. Andaikata anda membangkitkan pikiran benar, mengetahui bahwa masalah yang sedang dihadapi itu ibarat mimpi, khayalan, gelembung air dan bayangan, cuma persoalan sepele yang tidak ada apa-apanya, segera melepaskan kemelekatan.

Dua hari yang lalu, saya menghadiri sebuah pertemuan di Sri Langka, dalam pertemuan tersebut ada seorang Bhikkhu berkebangsaan Australia, Aliran Theravada, ditabhiskan di Thailand, beliau menceritakan sebuah kisah yang membuatku sangat terinspirasi. Manusia, apabila masih suka terlibat dalam persaingan dan perseteruan, ada yang tidak sanggup dilepaskannya, maka dia jadi tidak tercerahkan.

Bhikkhu tersebut bercerita, ada sepasang suami istri yang baru menikah, lembaran kehidupan baru tersebut dijalani dengan mesra dan harmonis. Lalu akhir pekan mereka berencana piknik ke hutan primitif. Sesampainya di hutan, mereka mencari sebuah tempat yang cocok untuk menghamparkan tikar dan menikmati santapan. Ketika mereka sedang asyik menikmati hidangan, tiba-tiba mendengar ada suara seperti kokok ayam, juga seperti suara bebek.

Si suami berkata, “Dengarlah, itu suara bebek”. Istrinya menyahut, “Bukan, itu kokok ayam, bukan suara bebek”. Si suami membantah : “Kuberitahu padamu ya, itu suara bebek”. Si istri bersikeras : “Menurutku itu kokok ayam”.

Lihatlah, dua orang yang semula hanya terlibat adu mulut kini jadi bermusuhan dan ingin bercerai, akhirnya si suami jadi sadar, apa yang telah mereka lakukan? Pernikahan yang baru seumur jagung, hanya gara-gara kokok ayam dan suara bebek, lalu ribut minta cerai.

Si suami berkata pada istrinya, sesungguhnya dia juga mendengar sepertinya itu suara kokok ayam, bukan suara bebek, si suami mulai mengalah. Si istri juga ikut mengalah, sesungguhnya dia juga mendengar sepertinya itu suara bebek. Tak peduli itu suara kokok ayam atau suara bebek, lantas apa pentingnya? Kenapa pula harus sampai berseteru dan merusak keharmonisan?

Kita juga tidak perlu menertawakan mereka, kenyataannya ketika kita menghadapi persoalan, kita juga akan seperti mereka jatuh ke dalam pusaran dan tidak mampu keluar, hanya gara-gara hal sepele, bertengkar dan bermusuhan dengan orang lain.   

Bila anda benar-benar belajar Ajaran Buddha, coba pikirkan, adakah yang disebut dengan masalah besar? Segala fenomena yang merupakan hasil perpaduan sebab dan faktor pendukung adalah ibarat mimpi, khayalan, gelembung air dan bayangan, lebih semu bila dibandingkan dengan kokok ayam dan suara bebek tadi. Kenapa harus begitu serius?

Maka itu ketika kalian terlibat dalam perseteruan, ingatlah kisah di atas, janganlah begitu serius hanya demi kokok ayam dan suara bebek. Tak peduli anda mau menganggapnya ayam juga boleh, bebek juga boleh, apalagi seiring dengan kemajuan perkembangan ilmu dan tehnologi, sekarang bisa menggunakan modifikasi genetik untuk melakukan perubahan, ayam mungkin bisa menjadi bebek, bebek juga mungkin bisa jadi ayam.

Maka itu anda mesti membangkitkan pikiran benar sehingga kebencian jadi sirna, dengan lenyapnya kebencian barulah anda dapat menuruti kehendak para makhluk, bersukacita pada jasa kebajikan yang dilakukan orang lain. Anda mau bilang itu suara kokok ayam, maka saya setuju saja, itu adalah suara kokok ayam; anda mau bilang itu suara bebek, saya juga setuju itu adalah suara bebek, menuruti kehendak para makhluk, mana ada beban pikiran? Inilah yang disebut sebagai kesabaran mengikuti Ajaran Buddha.

5. Kesabaran dalam segala ruang dan waktu. Setiap saat mesti membangkitkan pikiran benar, jangan sampai melupakan kesabaran, yakni kapan saja dan di mana saja tidak lupa membangkitkan pikiran benar. Begitu kehilangan pikiran benar, maka tidak bisa membangkitkan kesabaran, tidak sanggup menahan sabar. Inilah yang disebut sebagai kesabaran dalam segala ruang dan waktu.

6. Kesabaran dalam segala ruang. Kesabaran ini berbeda dengan yang telah dibahas di atas, yakni kesabaran dalam segala ruang dan waktu, kesabaran dalam segala ruang adalah membahas lingkungan dan orang yang dihadapi oleh praktisi, tak peduli lingkungan yang menyenangkan maupun lingkungan yang tidak menyenangkan, juga harus dihadapi dengan kesabaran.

Berada di dalam lingkungan yang menyenangkan, takkan timbul kemelekatan, sehingga diputar oleh kondisi tersebut. Sebaliknya berada dalam lingkungan tidak menyenangkan, takkan timbul kebencian, begitu amarah muncul maka diputar oleh kondisi tersebut.

Jadi tak peduli keadaan lancar maupun kendala, tetap mempertahankan hati suci dan seimbang, damai tanpa beban pikiran.

7. Kesabaran tanpa niat terselubung. Umpamanya saya bersabar demi memelihara hubungan dengan anda, jadi cuma dengan dirimu saja, saya masih sanggup menahan kesabaran. Bagaimana apabila saya tidak mempunyai hubungan apa-apa dengannya? Maka saya tidak perlu bersabar dengannya.

Anakku begitu patuh, kesalahan apa saja yang diperbuatnya, saya tetap bisa bersabar, tetapi secuil saja kesalahan yang dilakukan orang lain, saya takkan bisa bertoleransi, jadi kesabaran ini ada syaratnya.

Apa saja yang bisa membawa keuntungan bagi diri sendiri, saya masih bisa bersabar, sedangkan yang tidak bisa membawa keuntungan bagi diriku, maka saya tidak bisa bertoleransi dengannya. Kalau atasan memarahiku maka saya masih bisa bersabar, tidak berani menyinggung perasaan atasan. Tetapi begitu rekan atau bawahan yang memarahiku, apakah saya bisa bersabar?

Inilah yang disebut dengan kesabaran tanpa niat terselubung, jadi bukan karena demi memelihara hubungan yang baik, atau karena hal itu membawa keuntungan bagiku, barulah saya dapat bersabar. Jadi tak peduli berada dalam lingkungan yang bagaimana, dalam segala persyaratan, hendaknya dengan hati yang seimbang melatih kesabaran, agar jiwa dan raga benar-benar suci.

8. Kesabaran yang tidak menyimpan dendam. Ketika dia mencelakaiku, menfitnahku, menipuku, apakah saya takkan menyimpan dendam padanya, niat membalas dendam? Ini adalah kesabaran.

Ada seorang pengusaha properti yang menceritakan kisahnya padaku, dia pernah ditipu sejumlah sembilan juta (dolar), angka yang tidak kecil, ditipu orang, dia begitu marah, ingin menuntutnya ke pengadilan, lalu bertanya padaku, apakah tindakannya benar. 

Saya memberitahunya, apabila anda benar-benar belajar Ajaran Buddha maka janganlah menuntutnya ke pengadilan. Sebagai siswa Buddha, tak peduli bagaimanapun orang lain mencelakaiku, saya juga takkan membalasnya, takkan menyimpan dendam.

Anda harus percaya bahwa ini merupakan jalinan jodoh masa kehidupan lampau antara dirimu dengan dirinya, kenapa dia menipu anda dan bukan orang lain? Apalagi bisa berhasil dikelabuinya, ini membuktikan pada masa kelahiran lampau anda pasti telah menipunya, maka itu anggaplah anda melunasi hutang.

Buddha Sakyamuni membabarkan pada kita bahwa hubungan antar manusia tak terpisahkan dari empat jenis ikatan yakni balas budi, balas dendam, tagih hutang, bayar hutang. Jadi dia datang menagih hutang, anda lunasi saja dengan ikhlas, ketika dia datang mengelabui uang anda, anda masih begitu gembira menyerahkannya padanya, setelah itu barulah anda menyadari ternyata sudah ditipu, ini adalah bukti menagih hutang.

Namun pengusaha properti ini masih saja belum ikhlas, mustahil masa kelahiran lampau saya berhutang begitu banyak padanya, bagaimana kalau saya minta kembali sedikit? Mungkin pada masa kelahiran lampau saya cuma berhutang tiga juta dolar padanya dan sekarang dia malah mengambil uangku sembilan juta dolar, sisanya enam juta dolar mesti saya rebut kembali.

Saya beritahu padanya, baguslah kalau anda melunasi “lebih” padanya, sekarang dia jadi berhutang padamu, masa kelahiran mendatang, dia harus melunasinya padamu, jadi jagalah hati yang damai dan seimbang. 

Tetapi pengusaha properti masih saja tetap bersedih hati, namun dia tetap menerima saranku agar tidak membawa urusan ini ke pengadilan. Kesabaran ini juga seperti yang kita bahas sebelumnya yaitu kesabaran mengikuti Ajaran Buddha, setelah anda memahami Buddha Dharma, ketika menghadapi permasalahan, anda dapat membangkitkan pikiran benar, maka ini menunjukkan bahwa anda adalah praktisi sejati.


第四个忍是随佛教忍,随顺着佛教诲,菩萨就是处处随佛教诲。当我们有烦恼的时候,譬如说别人惹我生气了,那就要克制自己的瞋恼,要用佛的教诲说服自己,万法因缘生,既然是因缘生,那就是空的,不真实。这一切也是唯心所现,唯识所变,就如梦幻泡影,哪是真的?你要提起这样的正念,你这瞋恨心自然就化解了,你争个什么?争来争去都是假的,都是空的,没什么重要。很多事情我们回想起来,当时争得面红耳赤,现在回想起来都觉得可笑,是吧?何苦来?过眼云烟。但是我们凡夫往往就是在那个当下他出不来,看不破放不下,所以就会随着烦恼转。倘若你提起正念,知道眼前的事情如梦幻泡影,没什么大不了,立刻就放下。

我前天从斯里兰卡参加世佛联的大会回来,我在会上听到一位澳洲的法师,澳洲人,他是南传佛教,在泰国剃度的,他说了一个故事,让我很受启发。他说,人,凡是有争执,有放不下的,那都是没觉悟。他讲了一个故事是什么?说一对夫妇,这对夫妇新婚,感情很好,很和谐,于是周末决定到原始森林里面去旅游,于是兴高采烈的一起去。在森林里面找了个地方野餐,吃着吃着,忽然听到有那个叫声,呱呱呱呱,就好像鸡叫,又好像鸭叫。这先生就说,「你听,这是鸭叫」。那个太太说,「不对,这是鸡叫,不是鸭叫,是鸡叫」。「告诉你就是鸭叫」。「我觉得就是鸡叫」。你看,两个人就吵起来了,吵到最后两个人翻脸了,就说要离婚,最后这先生忽然醒悟,这是干嘛?刚新婚不久,就为了鸡叫鸭叫就要离婚。然后跟这个太太说,其实他听起来是鸡叫,不是鸭叫,先生妥协了。太太说,其实我听也有点像鸭叫。其实鸡叫鸭叫有什么重要?为什么要为此争得面红耳赤?搞得都不和谐。

其实大家别笑,可能我们有时候就进入这样的漩涡里出不来,往往就为了这点鸡毛蒜皮的小事,跟人吵翻脸了,跟人过不去了。你要是真正学佛,你想想,有什么大不了的?一切有为法,如梦幻泡影,比那鸡叫鸭叫更虚幻,何苦这么认真?所以当你们要是真正起争执的时候,你想着这个故事,别为那个鸡叫鸭叫认真了。再讲它鸡叫也好,鸭叫也好,都可以,你叫它鸡也行,叫它鸭也行。再加上现在可以用基因改造,鸡也能变鸭,鸭也能变鸡。所以你看,你要提起正念,知道万法因缘生,因缘生就是空,就是虚妄,提起正念,瞋恼心就没有了,你就能够恒顺众生,随喜功德。你说是鸡叫,就是鸡叫,你说鸭叫,就是鸭叫,恒顺众生,哪有烦恼?这叫随佛教忍。

第五种叫无方所忍。无方所是讲一切时一切处,要提起正念,不要把忍忘掉了,也就是随时随处都要忍,不能够忘失正念。这一忘掉正念,往往忍就提不起来,不能忍,这是无方所忍。

第六种忍是修处处忍,这个处处忍,跟刚才讲的无方所忍,有一点不同,无方所忍主要是讲一切时一切处都要忍,修处处忍特别是指境界,人事的环境、物质的环境,不管是顺境也好,逆境也好,都要修忍。顺境不能起贪爱,这一起贪爱了,就被顺境给转了。在逆境当中不能起瞋恚,瞋恚心一起就是被逆境转。所以无论顺逆境界,心永远保持清净平等,心平气和,这是前面讲的修寂静行。

第七种忍叫非所为忍,所为就是现在我们说的某一种关系存在,我们的忍不是因为什么样的关系才忍。譬如说他跟你很亲,跟你关系很好,你可以忍耐,那关系不好的就不能忍了?我的儿子很乖,他犯了错误我能忍,其他的人犯错误我就不能忍,这个就是有条件了。另外还有对我有利的我能忍,对我没利的就不能忍。如果领导骂我,我就能忍着,不敢得罪领导,得罪领导恐怕这个乌纱帽自己也没有了,所以就能忍了。换个人,自己下属要是突然骂我,我能不能忍?这叫非所为忍,不是因为这个人跟我有什么亲有什么故,跟我有什么关系,或者这个事对我有利还是无利,都要忍耐,这是非所为忍。所以在一切境界、一切的条件下,平等的修忍辱,让自己身心真正清净。

第八种忍是不逼恼忍,不逼恼是特别指当别人加害于我的时候,我不能逼恼别人,这叫忍。别人对我很好,当然我不会逼恼别人,不会恼害他。当他来加害于我,陷害我、毁谤我、欺骗我,我能不能够不起瞋恼心,不报复?这就是忍。有一位我的企业家朋友,他做生意做房地产,有一次他就跟我讲,他说有一个人骗了他九百万,数目字不小,骗走了,很生气,想告他,问我要不要告。我就告诉他,你要真学佛,就不要告他,佛教徒无论是别人怎么样加害于我,我都不会报复,不会逼恼他。你要相信,那是你跟他前世的因缘,他为什么骗你不骗别人?而且还给他骗到手了,那证明你前世肯定欠了他的,你就做还债想。佛告诉我们,在这世间人与人之间关系不外乎四种,报恩的、报怨的、讨债的、还债的,他是来讨债的,你就很欢喜送给他,他骗你的时候你还把他当真的,你很欢喜给了他,给了他之后你才发现他骗了你,这证明是讨债的。他还有点不愤气,他说我没有理由前世欠了他这么多,是不是应该讨回点,讨回一些回来吧?譬如说他前生我可能欠了他三百万,他这生要了我九百万,那还有六百万我得给他要回来。我就告诉他,你要是还多了也没关系,还多了,他欠了你,来世他还得还,所以保持心平气和。不过他很难得,后来听从了我的劝告,就没去告他了。那就是理要通,这前面讲的随佛教忍,你有佛法的薰习之后,你能在境界现前你能提起正念,这说明你真学佛。