Minggu, 01 Januari 2017

Menyelamatkan makhluk harus berjodoh


Petikan Ceramah Venerable Ding Hong :
Menyelamatkan para makhluk juga harus ada jodohnya, apakah dalam menjalin jodoh juga harus atas prakarsa sendiri?

Menyelamatkan makhluk memang harus ada jodohnya, jodoh ini juga merupakan ikatan yang anda jalin, maka itu harus menjalin jodoh baik. Juga boleh dikatakan atas prakarsa sendiri, tetapi takkan punya niat terselubung. Dengan menjalin jodoh baik sehingga kedua belah pihak merasa bersukacita, dengan demikian barulah dia bersedia mendengarkan ceramah yang ingin anda sampaikan.

Apabila bertemu dengan hambatan, urusan berjalan dengan tidak lancar, karir untuk memberi manfaat bagi para makhluk mungkin mengalami banyak kesulitan, padahal anda telah mengerahkan segenap kemampuan, maka jasa kebajikan sudah sempurna, sedangkan berhasil atau gagal, terlaksana atau tidak, adalah terpulang kembali pada pahala yang dimiliki oleh para makhluk, jadi tidak boleh dipaksakan.

Kita selalu berharap bisa melakukan lebih banyak untuk memberi manfaat bagi orang banyak, asalkan ada jodoh, maka hal tersebut mesti dilaksanakan. Tetapi takkan memaksakan kehendak, juga takkan ada hati yang ingin memperoleh dan takut kehilangan, takkan dibelenggu oleh hati yang ingin memperoleh dan takut kehilangan, juga oleh hati yang ingin mengejar keberhasilan dan takut gagal.

Setelah berhasil terlaksana, juga tidak ada yang pantas dibanggakan, ini dikarenakan para makhluk mempunyai pahala; sebaliknya apabila gagal, ini dikarenakan pahala para makhluk yang tidak mencukupi, saya telah mengerahkan segenap kemampuan, jasa kebajikan telah sempurna, dengan sikap begini melakukannya barulah takkan ada beban pikiran.    

Setelah belajar Ajaran Buddha, segala sesuatu menuruti jodoh apa adanya, orang lain menganggap dirimu begitu pesimis, kenyataannya sama sekali bukan pesimis, menuruti jodoh apa adanya bukanlah berarti pasrah dan putus asa, kalau ada jodoh maka lakukanlah dengan serius, apabila anda tidak bersungguh-sungguh dan tidak giat berusaha, maka ini bukanlah disebut sebagai menuruti jodoh apa adanya, tetapi ini disebut sebagai menyia-nyiakan jodoh (kesempatan). Anda telah mengerahkan segenap kemampuan, tetapi tidak ada jodoh begini sehingga upaya tersebut tidak membuahkan hasil, maka tentu saja mesti dilepaskan.

Maka itu praktisi Ajaran Buddha bukanlah orang pesimis, sebaliknya merupakan insan yang paling optimis, hidup demi memberi manfaat bagi semua makhluk, demi mengabdi bagi perkembangan Buddha Dharma, maka itu dia akan lebih optimis dan lebih giat berusaha.

Lihatlah sahabat-sahabat Dharma kita, bangunnya pagi-pagi dan tidurnya larut malam, waktu tidur juga lebih singkat daripada orang lain, makan juga lebih sedikit daripada orang lain, namun dalam bekerja adalah lebih banyak daripada orang lain, semuanya dilakukan demi memberi manfaat bagi para makhluk, yang merupakan dorongan dari hati Maitri Karuna.

Orang awam tidak memahaminya, maka itu kita boleh menjelaskannya pada mereka, menyampaikan pada mereka bahwa hidup demi diri sendiri akan membawa penderitaan, oleh karena mengejar nafsu keinginan yang tak pernah terpuaskan, sebaliknya hidup demi memberi manfaat bagi semua makhluk, maka anda akan hidup dengan bahagia. Apa alasannya?

Yakni seperti yang disebutkan di dalam Buddha Dharma, berdana membuahkan pahala, walaupun anda tidak mendambakan pahala, namun dia tetap akan datang dengan sendirinya. Amisa Dana (dana materi) akan membuahkan kekayaan, Dharma Dana akan membuahkan kebijaksanaan, Abhaya Dana (menghilangkan ketakutan di hati para makhluk) membuahkan kesehatan dan usia panjang.       

Semakin banyak berdana maka perolehannya juga semakin banyak, hasilnya semakin banyak maka harus lebih giat lagi berdana, jangan sampai berhenti. Umpamanya anda berdana materi, maka kekayaan akan datang berlimpah ruah, namun apabila anda berpikir untuk menyimpan uang tersebut di bank, maka pahala anda hanya akan sampai di sini saja dan berhenti.

Semestinya kekayaan tersebut hendaknya digunakan lagi buat melanjutkan berdana, memberi lebih banyak manfaat bagi para makhluk, sehingga pahala anda jadi tak terbatas dan takkan habis.

Untuk mencapai KeBuddhaan, baik pahala maupun kebijaksanaan harus sempurna, pahala dan kebijaksanaan diperoleh dari berdana (Amisa Dana dan Dharma Dana), yang diperoleh dengan melepaskan kemelekatan, jadi janganlah ada niat untuk menahan uang tersebut, hendaknya perbanyak membantu semua makhluk.    

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong
Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian
Serial ke-183
Tanggal : 29 Agustus 2012



度众生确实要有缘,这个缘分也是你去结的,确实是要留心结缘。也可以说是主动,但是这是无所图的。尤其是结欢喜缘,跟大众要结个欢喜缘,彼此有好感了,他才能够愿意听你教化。遇到实在有障碍,办事不顺利,利益众生的事业可能很多的困难,你已经尽心尽力了,就是功德圆满,成不成是众生的福报,不能够强求。我们总是希望要多为众生做好事,只要有缘,应该做。但是绝不强求,绝不有得失之心,不执著得失成败。做成了,没什么值得骄傲,这是众生有福;做不成,众生福报不够,我已经尽心了,功德圆满,用这种心态做不会有烦恼。当你学佛了,一切随缘,别人觉得你好像很消极,实际上那不是消极。随缘不是随便,有缘做就要认真做,如果你不认真不努力,那也不叫随缘,那叫放弃缘分。你尽心尽力,但是没有这个缘,做不成,那当然就要放下。所以学佛的人不是消极,反而是很积极,为众生活著,为众生、为佛法奉献,他会比世间人更加积极、更加精进。你看我们很多学佛的同修,起早贪黑,睡比别人睡得少,吃比别人吃得少,做比别人做得多,那就是为了众生,这是慈悲心在推动。

世间人不懂,可以跟他们讲清楚,告诉他们,为自己活著会痛苦,因为欲望是永远不能满足的,为众生活著,你会愈活愈快乐。为什么?这就是佛法里讲,你能布施就有福报,虽然你不求福报,它自然会来。布施财,它就来财富,布施法,你就有智慧,布施无畏,你就有健康长寿。愈布施愈多,愈多你愈要继续布施,千万不要停住。譬如说你去布施了,来了很多钱,你可别想著把钱就存在银行里,那你福报就到此为止;应该立刻转手往外布施,利益更多的众生,那你的福报是无穷无尽。舍得舍得,愈舍愈得,得了之后,还得把你得的也舍掉。当你舍尽了,你得到的是整个法界,你就叫成佛了。成佛是福慧二足尊,福报和智慧都是满足的,足就是圆满,尊是尊贵,二就是指福和慧。福和慧都是靠布施、靠舍得到的,千万不要有存的念头,一定要多去帮助众生。

  选自 修行与生活座谈会  定弘法师主讲  (第一八三集)  2012/8/29