Kamis, 20 Oktober 2016

Ciri-ciri orang congkak


Petikan Ceramah Venerable Ding Hong :
Keangkuhan merupakan rintangan terbesar dalam melatih diri

Sifat congkak amat sulit diamati, tetapi merupakan rintangan terbesar dalam melatih diri. “Surangama Sutra” menyebutkan dalam melatih diri bila ada keangkuhan maka mudah mengundang kerasukan Mara. Kesombongan merupakan Mara besar, namun selalu tidak kita sadari, malah menganggap diri sendiri sudah benar adanya.

Kemudian sifat pongah ini akan terus berkembang menjadi selalu merasa diri sendiri yang paling benar, yang paling hebat. Tidak sudi lagi mendengar saran orang lain, melatih diri menuruti penafsiran sendiri, akhirnya kerasukan Mara. Fenomena ini sudah banyak kita lihat.

Tempo dulu saya pernah mengenal seorang praktisi senior, sepanjang hidupnya dia belajar Ajaran Buddha, bahkan “Sutra Usia Tanpa Batas” bisa dihafal di luar kepala, para sahabat Dharma juga sangat menghormatinya, trampil memukul alat kebaktian, memimpin kebaktian pelafalan Amituofo.

Namun akhirnya dia suka emosi, bahkan dengan istri sendiri juga tidak harmonis, akhirnya saat meninggal dunia, perginya tidak damai.

Ini juga termasuk tinggi hati, merasa diri sendiri sudah hebat, makanya tidak sudi melakukan introspeksi diri, memperbaiki tabiat jelek diri sendiri.  

Jadi terlebih dulu kita harus menganalisa diri sendiri, barulah bisa memperbaiki diri. Kita mudah melihat tabiat jelek orang lain, tapi sulit menemukan kelemahan diri sendiri.

Mari kita menyimak ciri-ciri orang congkak, sambil bercermin, apakah diri sendiri juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.    Selalu merasa diri sendiri yang paling benar, tidak sudi mendengar saran dan kritik dari orang lain. Juga tidak sudi bertanya pada orang lain : “Apa kelemahan yang dimiliki diriku? Apa tabiat jelekku? Sisi mana yang harus saya perbaiki? Mohon berikan petunjuk padaku?”. Apakah pernah mengajukan pertanyaan sedemikian rupa? Apabila tidak ada, maka boleh disimpulkan sebagai keangkuhan. 
Bahkan apabila ada orang yang menunjukkan tabiat jelekmu, anda tidak senang, anda takkan melawan, tapi hati anda melakukan pertentangan, mungkin di mulut anda akan bilang : “Oh ya, terima kasih yah sudah membimbingku”, tetapi di hati anda tidak merasa demikian, penampilan anda sepertinya penurut dan suka belajar, sesungguhnya adalah orang munafik.
2. Di tempat umum suka menunjukkan pandangan sendiri, tanpa mempertimbangkan waktu dan tempat, apakah sesuai tidak? Suka mengajukan pendapat sendiri, bahkan menonjolkan diri, ini juga ciri-ciri orang pongah. 

3.    Mengambil keputusan sendiri, tanpa meminta pertimbangan orang lain, tidak mendengar pertimbangan dari orang yang lebih berpengalaman.

4.    Tidak punya tata krama, ketika bertemu orang lain, sikapnya dingin dan tidak sopan, tidak sudi memberi salam duluan kepada orang lain, terutama kepada orang yang lebih tua atau lebih senior, setelah bertegur sapa langsung kabur, ini juga bentuk kesombongan.

5.    Dalam sehari sama sekali tidak menemukan kesalahan diri sendiri, tabiat jelek diri sendiri, maka ini sudah terlampau angkuh, apa alasannya? Manusia bukan insan suci, pasti ada melakukan kesalahan. Jadi kalau merasa diri sendiri tidak punya kesalahan sama sekali, ini sudah terlalu pongah, kesombongan telah menutupi penglihatan anda, sehingga tidak menemukan kelemahan diri sendiri.

Jaman dulu, pada masa periode Chunqiu (770-476 SM), Qu Bo-yu, ketika berusia 50 tahun, sudah 49 tahun lamanya, setiap hari beliau melakukan introspeksi diri, namun masih menemukan banyak sekali tabiat jeleknya. Setiap hari memperbaiki diri, mana ada yang mengatakan tidak ada kesalahan. Kalau merasa tidak ada kesalahan sama sekali, maka ini merupakan kesalahan terbesar. Pongah!

6.    Orang yang masih bisa melihat kesalahan orang lain, berarti masih tinggi hati. Insan bijak hanya melihat kesalahan diri sendiri dan tidak melihat kesalahan orang lain.

7.    Melatih diri yang paling ditakutkan adalah kesombongan, yang berasal dari diri sendiri.

Umpamanya saat melafal Amituofo melihat Buddha Amitabha, sehingga begitu kegirangan dan merasa bangga, kalau perasaan terlampau gembira dan rasa bangga ini tak terkendali, maka akan berkembang jadi keangkuhan, bahkan juga mengundang kerasukan Mara.

Cara terbaik adalah bersikap biasa-biasa saja. Serupa Master Hui Yuan, sepanjang hidup beliau pernah melihat pemandangan Alam Sukhavati sebanyak tiga kali, tapi tidak mengatakannya pada orang lain, merasa biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa. 

Kalau sebaliknya merasa begitu hebat dan luar biasa, maka ini adalah khayalan, begitu ada khayalan ini maka masuk ke dalam perangkap Mara.

Dalam melatih diri hendaknya senantiasa melindungi kesucian hati, tak tergoyahkan, segala sesuatu yang merupakan hasil perpaduan empat unsur (unsur tanah, air, api, angin) merupakan khayalan semu.
  
Petikan Ceramah Venerable Ding Hong
Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian
Serial ke-177


恭录自《修行与生活座谈会》第177

傲慢很不容易觉察,但是它对修行又是极大的障碍。修行,《楞严经》提到,有傲慢就容易着魔。增上慢是大魔,往往自己还不知道,还以为自己很对,这就是增上慢。发展下去到最后呢——自以为是。不能听取别人的意见,人家来劝谏都不能接受,我行我素,按照自己想的方法去修,修到最后就着魔了。这个情况我们也看到,真有不少。

我早年认识的一位老修行,他学了一辈子佛,无量寿经背的烂熟,还能讲,同修对他也很尊重,因为他是老修行,法器也敲的好,能够领众念佛作维那。但是最后常常发脾气,脾气很大,跟他的太太经常闹矛盾,最后走了相很不好。这都属于增上慢,以为自己修的很不错,所以就不能踏踏实实来检点反省改自己的毛病习气。不仅佛法强调对治傲慢,连孔子都说如有周公之才之美,使骄且吝,其余不足观也。傲慢是修行的大障碍。

首先我们能够发现才能对治它。这往往是最难发现的。从别人身上发现傲慢,就能反观自己有没有傲慢,你去留意,傲慢的人有些什么特点?想想自己有没有?以人为镜,可以知得失。

  特点如下:
  ()、比较自以为是,不会轻易接受别人的批评意见。他也不会主动去问别人我有什毛病?我需要怎么改进?请你帮我提……?有没有这么问过人?如果没有,想想可能有傲慢了,
甚至如果有人跟你提你有什么毛病习气,你是不服,你还会辩解,心里是抵抗,可能表面上不错,谢谢你给我提的心里不以为然,装出个好学的样子,实际上那还是傲慢。

()、还有在公共场合,喜欢发表自己的意见,不能够审时度势,看看讲话场合适不适当?喜欢表现自己,甚至炫耀自己,也是傲慢的特点。

()、还有呢,作事下决定的时候,不会跟别人征求意见。自己决定了,立刻就做,不问问别人,特别是有经验的人,长者长辈,都不去请教。

()、在礼节上有缺失。见到人比较冷淡无礼,更不能主动跟人家行礼打招呼。尤其对长辈,见面了或者离开了,都不够礼数,都是属于傲慢,这些都要细细思维。

  ()、观察别人就要想着自己,最重要的是改自己的毛病。三人行必有我师。择其善而从之,其不善者而改之见贤思齐,见不贤而内自省这都是孔子教导。
假如一天下来没有能够反省自己的毛病习气,这就是最大的傲慢。为什么呢?人非圣贤谁能无过。你还没有成圣成贤之前,肯定会有过失,要是自己没有过失,那是你自己粗心大意,傲慢!傲慢障碍了自己的眼睛,看不见自己的毛病。古人改过,春秋时期蘧伯玉,认真改过自新,到50岁了,反观自己前49年,还能反观自己很多过错。天天都在改过,哪有说没有过错。觉得没有过失就是最大的过失。傲慢!

()、在真正努力改过省查自己的人,他没有功夫去看别人的过错。如果还能看到别人有过错的人,这个人就是有傲慢心。他只有自己的过错没有别人的过错。

  ()修行最怕增上慢。它起源于哪里呢?起源于自己——有所得的心。
  比如我看到了殊胜地方,西方极乐世界,我见到阿弥陀佛了很高兴很欢喜这都是有所得的心。这种心如果不控制,很容易发展成增上慢,甚至会着魔。最好的方法见如不见。慧远大师一生见到三次,从未跟人说,何等的定力,见如不见。心动了,觉得很好,你把它理解成佛的境界,好境界了,这是妄想,一有这种妄想,入邪途着魔了。修行用心很重要,始终要保持自己的清静心,如如不动,凡所有相皆是虚妄。