Kamis, 19 Januari 2017

Cara Bertobat


Petikan Ceramah Venerable Ding Hong :
Bagaimana cara bertobat barulah efektif ?

Praktisi yang serius belajar akan menemukan ternyata diri sendiri pernah melakukan banyak kesalahan pada waktu silam. Demikian pula dengan diriku sendiri, menyadari bahwa waktu dulu melakukan banyak karma buruk, baik sengaja maupun tidak disengaja, yang dikarenakan Avidya (kegelapan batin/ketidaktahuan) dan sesat. Kini setelah belajar Ajaran Buddha, menyadari bahwa dosa yang diperbuat itu bisa mengantar diri kita jatuh ke Neraka, makanya harus bertobat. 

Lantas bagaimana caranya bertobat? Apakah setiap hari berkeluh kesah di hadapan Buddha dan Bodhisattva menceritakan dosa yang pernah diperbuat, lalu meminta seseorang untuk mendengarkan penuturan butir-butir dosa yang pernah kita perbuat, alias pertobatan terbuka, lalu terus diulang-ulang seakan-akan takut terlupakan, apakah begini yang disebut sebagai bertobat? Belum tentu.

Apa yang disebut sebagai pertobatan? Takkan mengulangi melakukannya lagi disebut sebagai pertobatan, bukan saja tubuh tidak mengulanginya lagi, tetapi mulut juga takkan mengucapkannya lagi, pikiran juga takkan memikirkannya lagi. Dengan demikian tindakan, ucapan dan pikiran barulah kembali suci, inilah yang disebut pertobatan.  

Andaikata saya sering mengulang mengisahkan pada Buddha tentang kesalahan yang pernah kuperbuat, lalu diingat-ingat terus di pikiran, makin diingat kesannya makin mendalam. Lihatlah, tempo dulu cuma tubuh jasmani yang melakukan dosa, sekarang malah bertambah lagi, mulut juga melakukan dosa dan pikiran juga ikut melakukan dosa. Sekarang beban dosa yang harus dipikul malah bertambah berat, mana bisa tereliminasi. Ini bukan lagi disebut bertobat.

Jadi, apa yang disebut bertobat? Dosa waktu silam, selanjutnya takkan diulangi lagi, tubuh takkan melakukannya, mulut takkan mengungkit-ungkit lagi, pikiran takkan memikirkannya lagi, segala kenangan tersebut harus dihapus bersih-bersih, kembali pada hati yang suci.

Lantas apa yang harus kita lakukan? Begitu niat pikiran muncul langsung melafal Amituofo, menggantikan dosa tersebut dengan lafalan Amituofo, di dalam hati cuma diisi Amituofo, tidak mengisi dosa, di batinmu tidak ada dosa tersebut, inilah yang dimaksud dengan bertobat.

Janganlah menjadikan dosa itu jadi jejak di hati. Banyak orang yang setelah melakukan karma buruk, kemudian hati nuraninya muncul dan jadi tidak tenang, begitu menyesalinya dan terus menerus menyalahkan diri sendiri, ini juga orang baik, tetapi hatinya tidak bisa suci, dia tidak mengeliminasi rintangan karmanya, menyesali dan menyalahkan diri sendiri bukanlah bertobat.

Bertobat adalah mengembalikan kesucian tubuh, mulut dan pikiran, sama sekali tidak tercemar, inilah yang dimaksud dengan bertobat. Untuk selanjutnya membuka lembaran kehidupan yang baru.

Maka itu harus tahu bagaimana mengendalikan pikiran sendiri, hanya mengingat dan melafal Amituofo, dengan demikian barulah dapat membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati.

Benih karma buruk yang pernah diperbuat tertanam di dalam Alaya-vijnana (gudang kesadaran), tetapi saya takkan membiarkannya bertunas dan berbuah, bila anda memikirkannya berarti anda membiarkannya bersemi. Jadi jangan memikirkannya, tapi lafallah Amituofo, inilah yang dimaksud bertobat yang sesungguhnya.

Jadi, cara bertobat yang bagaimana barulah efektif ? Melafal Amituofo sampai hati jadi suci dan ketrampilan melatih diri jadi mahir, semua rintangan karma jadi terhapus. Mengapa demikian? Dia takkan menghalangi upayamu terlahir ke Alam Sukhavati, anda yakin bisa terlahir ke Alam Sukhavati, anda juga yakin saat menjelang ajal Buddha Amitabha pasti datang menjemput, anda juga yakin bahwa saat menjelang ajal lafalan Amituofo dapat berkesinambungan tak terputus, membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati, bukankah serupa dengan rintangan karma telah tereliminasi?   

Maka itu dalam waktu keseharian kita harus mengamati ketrampilan melatih diri sendiri, apakah tabiat buruk masih bermunculan, apabila tabiat masih saja bermunculan, berarti bertobatnya masih belum menyeluruh, maka harus lebih giat lagi melafal Amituofo.

Tabiat yang selalu muncul tersebut tak lain adalah lobha (serakah) dan dosa (kebencian). Dalam keadaan yang menyenangkan timbul lobha (keserakahan), ketika melihat benda yang disukai jadi kegirangan, ingin memilikinya; dalam keadaan yang tidak menyenangkan, mudah timbul dosa (kebencian), tidak suka, amarah, berseteru, emosional.

Semua niat pikiran ini merupakan rintangan besar bagi upaya terlahir ke Alam Sukhavati, janganlah berpikir bahwa sekarang saya sudah memahami teorinya maka itu saya membangkitkan keyakinan mendalam dan tekad menyeluruh, dengan demikian pasti bisa terlahir ke Alam Sukhavati, belum tentu.    

Praktisi yang membangkitkan keyakinan mendalam dan tekad menyeluruh, klesa (kekotoran batin)-nya adalah sudah begitu ringan, mungkin kadang kala masih bisa kumat amarahnya, tetapi begitu kumat dia segera bertobat dan hatinya kembali sejuk. Jadi begitu kumat langsung menyadarinya. Dia tahu bahwa niat pikiran buruk ini tidak terjalin dengan Alam Sukhavati, tidak boleh membiarkan niat pikiran buruk ini berkelanjutan, maka itu segera menggantikannya dengan lafalan Amituofo. Praktisi begini barulah benar-benar memiliki keyakinan dan tekad, dia membulatkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati, segala hal yang menghalangi upayanya terlahir ke Alam Sukhavati akan dienyahkan jauh-jauh, begini barulah namanya tekadnya sudah bulat untuk terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.

Ini merupakan bentuk keseriusan kita mengamati hati sendiri dalam waktu keseharian, jangan sampai timbul keangkuhan menganggap ketrampilan melatih diri sendiri sudah sampai tahap mahir, pasti berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, sampai tiba waktunya ternyata gagal pula. Ini bukan permainan anak-anak, tapi merupakan urusan terbesar dalam kehidupan manusia yakni masalah kelahiran dan kematian, mesti begitu bermawas diri, begitu berhati-hati.

Kita mesti rajin melafal Amituofo hingga trampil, bagaimana baru bisa disebut sudah trampil? Yakni di dalam hati kita cuma ada lafalan Amituofo sehingga bentuk-bentuk pikiran lainnya tidak memiliki peluang untuk beraksi, kita harus giat berusaha menuju pada pencapaian ini.  

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong
Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian
Serial ke-175
Tanggal : 18 Juli 2012
Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation
  



这个我相信很多人都关心。学了佛,只要是比较认真学的,第一个会发现,自己原来造了这么多罪业。真的,我就是这么过来的,发现自己造了很多很多罪业,造的时候是糊里糊涂造的,无明、迷惑颠倒才会造罪业。造完之后,学了佛一对照经典,发现完了,这些罪都让我们下地狱的,要忏悔。怎么忏悔?对著佛菩萨面前天天叨咕,自己造了什么罪造了什么罪,也会向人发露说,自己曾经造过什么造过什么罪,说了好多好多遍,这算不算忏悔?未必,这是发露,未必是忏悔。

什么叫忏悔?后不再造就叫忏悔,以后再不造,不仅身不能再造,口也不造,意也不想了,身口意回归清净,这叫真忏悔。如果说我在佛菩萨面前经常讲,心里还老挂著念著,这印象愈来愈深刻。你看过去是身造了罪,现在口又继续说,口在造,意还在想,意又在造,你的罪只会愈来愈重,不可能会消,这不叫忏悔。所以,什么叫真忏悔?过去造的罪业,从今以后彻底不再造,身也不造、口也不说、意也不想,整个就清除掉,回归清净。我们怎么做?念头一起来的时候,立刻换成阿弥陀佛,把罪业换成阿弥陀佛,心里只装阿弥陀佛,不装罪业,你就没有罪业,这就忏悔掉了,忏除罪业。所以罪业,不要让这个阴影还留在心里。很多人造了罪业,确实良心发现,很不安、很愧疚,这也是个好人,但是心还是不清净,他没有消罪业,愧疚不是忏悔。忏悔是身口意三业回归清净,一丝毫都不染,这是忏悔。以后,真的就从今以后新生,换个新人了,从头来过,过去种种譬如昨日死,从后种种譬如今日生,今日重生了。

所以要懂得控制自己的意念,只想阿弥陀佛、只念阿弥陀佛,这样能带业往生。过去造的,在阿赖耶识留下种子,但是我不让这个种子再现行,你想它就是现行,不想了,就念佛,这就是真忏悔。所以,什么样的忏悔最有效?念阿弥陀佛最有效,一直念到心地清净、功夫成片,你这罪业全忏掉了。为什么?它不会障碍你往生,你有把握往生,你有把握阿弥陀佛到你临终的时候一定来接你,你有把握在临终的时候佛号不间断、带业往生,罪业不等於没有一样吗?

所以,我们平常勘验自己功夫,就是看我还会不会习气起现行,如果习气还会起现行,这就没有忏悔干净,那要更痛自悔责,加紧念佛。一般人最容易起现行的,一个是贪,一个是瞋。贪爱心,顺境起贪爱,见到自己喜欢的就高兴、就想要;逆境就容易起瞋恚、起不满、起怨恨、起对立、起情绪。这些念头统统都是往生的大障碍,不把这些念头清除干净,往生未必可靠。别以为我现在明白道理,我就能深信切愿,我就一定能往生,不一定。深信切愿的人,我告诉你,他烦恼习气是非常非常轻,可能会偶尔一发作,但是他立刻会忏悔,立刻会回头,念头一起,立刻就觉照,他知道这个念头跟西方极乐世界不相应,他不能让这个念头相续,他要把它放下,用阿弥陀佛把它置换下来。这个人才是真有信愿,他真愿意往生,凡是阻碍他往生的他都不要,这是真愿意去。

这都是我们平日认真做反省检点,不可以疏忽大意,如果疏忽大意,以为自己功夫到了,一定能往生,到时候往生不了就麻烦。这可不是儿戏,生死事大,要以极殷重的心,很谨慎、很小心,对自己每一个念头都不放过。虽然自己现在还没念到功夫成片,但是要向这方面努力,你拿到念佛功夫成片了,你才叫保准,没拿到功夫成片都不保准。功夫成片是什么?他真的烦恼习气不起现行,他不会有贪瞋痴慢疑这些念头,他只有阿弥陀佛,这是我们要努力的方向。

  选自 修行与生活座谈会  定弘法师主讲  (第一七五集)  2012/7/18  香港佛陀教育协会