Jumat, 06 Januari 2017

Melatih Kesabaran (Bgn 2)


Di dalam penjelasan Sutra Usia Tanpa Batas yang ditulis oleh Upasaka Huang Nian-zu, ada disinggung bahwa Bodhisattva memiliki sepuluh cara untuk melatih kesabaran yakni :
1. Kesabaran Internal, yakni yang membahas tentang jiwa raga kita, tubuh jasmani kita dapat merasakan siksaan dan kenyamanan, sementara rohani kita dapat merasakan suka dan duka, terhadap semua ini kita harus sanggup menahan sabar. Sutra Intan menyebutkan bahwa segala keberhasilan diperoleh dari kesabaran, jadi anda mesti bersabar. Umpamanya tubuh jasmani dapat mengalami rasa lapar dan kedinginan, maka itu mesti bisa bersabar pada rasa lapar dan dingin, ini barulah bisa melatih diri.

Mengapa disebut sebagai Kesabaran Internal? Oleh karena penderitaan begini tidak diketahui orang lain, yang merupakan urusan diri sendiri, bahkan ketika didera penyakit juga harus menahan kesabaran. Di dalam hati kita terdapat kekhawatiran, beban pikiran, juga harus menahan kesabaran. Yang namanya kesabaran itu adalah jangan sampai terpengaruh oleh efek negatif tersebut, jangan sampai oleh karenanya sehingga menciptakan karma buruk.

Metode menakjubkan dari Aliran Sukhavati adalah dengan menggunakan sepatah Amituofo, ketika beban pikiran datang mendera lafallah Amituofo sehingga mampu meredam beban pikiran, ini adalah ketrampilan untuk melatih kesabaran, melatih melepaskan kemelekatan, jangan memikirkan beban pikiran tersebut, dipikirkan juga tiada gunanya, hendaknya dilepaskan.

2. Kesabaran Eksternal, yakni kesabaran di luar jiwa dan raga, yang ditujukan oleh orang lain kepada diri kita, terutama fitnah yang dilempar kepada diri kita, hinaan, makian, ini merupakan hal umum yang terjadi. Umpamanya anda belajar Ajaran Buddha, orang lain menilai dirimu percaya pada takhayul, mengatakan kenapa kamu tidak mengejar karir yang benar?

Saya sendiri tempo dulu juga mengalami hal yang serupa, saat begini anda tidak boleh tersinggung. Anda ingin melakukan suatu hal dan orang lain tidak memahaminya, sehingga mereka akan mengejekmu, hatimu tidak boleh mundur, namun tetap mempertahankan kegigihan.

Atau ada orang yang memaki Ajaran Buddha, dia tidak percaya pada Ajaran Buddha, setelah anda mendengarnya juga tidak boleh tersinggung, kalau sebaliknya anda marah padanya, malah bisa memperburuk citra Ajaran Buddha, ini merupakan kewajiban seorang siswa Buddha, seorang praktisi harus sanggup menampilkan kesabaran.  

Buddha Sakyamuni ketika membabarkan Dharma di dunia ini, juga terdapat kelompok enam Bhikkhu jahat, Devadatta dan kawan-kawannya membuat kekacauan di dalam Sangha, Devadatta berulang kali mencelakai Sang Buddha, tentu saja usahanya menemui kegagalan, pahala Buddha sedemikian besarnya, takkan bisa dicelakai, hanya saja sempat melukai kaki Sang Buddha sehingga mengeluarkan darah.

Suatu kali Sang Buddha sedang berada di bawah gunung, sementara itu Devadatta berada di atas gunung yang kemudian mendorong batu besar ke arah Sang Buddha, bermaksud membunuhNya. Tentu saja Dewa Pelindung Dharma takkan membiarkan hal ini terjadi sehingga menghancurkan batu besar tersebut. Batu besar yang hancur tersebut menjadi bebatuan kecil atau kerikil dan mengenai serta melukai bagian kaki Sang Buddha. 

Masih ada kelompok enam Bhikkhu jahat yang suka menyebarkan fitnah, memaki di belakang, namun Buddha Sakyamuni juga tidak membuat perhitungan dengan mereka, juga tidak berdebat dengan mereka, mereka suka memaki-maki, biarkan saja mereka, setelah capek memaki, mereka akan berhenti dengan sendirinya, ini adalah ketrampilan melatih kesabaran.

Pada masa Dinasti Song ada seorang Perdana Menteri yang bernama Fu Bi, sangat berlapang hati. Orang lain memaki dirinya dengan berbagai kata hinaan, dia juga tidak menaruhnya di hati, tidak membuat perhitungan dengan orang lain.

Suatu hari ada orang yang memakinya langsung di hadapannya, para pengawalnya yang melihat hal ini tidak sanggup menahan diri lagi, tetapi malah dihentikan oleh Fu Bi, yang berkata : “Tidak apa-apa, dia bukan memarahiku, dia pasti sedang memaki orang lain”. 

Pengawalnya berkata, “Tetapi jelas-jelas dia mengucapkan marga dan nama anda”. Fu Bi menjawab : “Di dunia ini orang yang mempunyai marga dan nama yang sama adalah banyak sekali, dia pasti sedang memaki orang lain”.

Lihatlah, Fu Bi tidak menerima (menghiraukan) makian tersebut, betapa lapangnya hati beliau! Ini juga merupakan alasan mengapa dia bisa mempunyai pahala yang sedemikian besar sehingga menjadi perdana menteri, oleh karena kelapangan hatinya, orang yang berlapang hati besar pahalanya.

Orang lain memaki kita dan kita tidak sudi menerimanya, ibarat orang itu memberimu suatu barang dan anda tidak sudi menerimanya, sehingga mau tidak mau dia juga harus menerima kembali barangnya sendiri. Demikian pula dengan memaki orang, kalau orang itu tidak sudi menerimanya, maka mau tidak mau juga harus diambil kembali, ini serupa dengan memaki dan menghina diri sendiri. Inilah yang harus kita latih, dimarahi mulut tidak membalas, dipukuli tangan tidak membalas, melatih kesabaran.

3. Kesabaran Dharma, Dharma yang dimaksud di sini adalah Buddha Dharma, umpamanya dalam mendengar ceramah Dharma, belum tentu kita bisa memahaminya, contohnya ceramah tentang “Sutra Usia Tanpa Batas”, mendengar sekali saja belum tentu bisa paham, maka kita harus mengulang dan mengulang terus mendengarnya, barulah bisa memahaminya sedikit demi sedikit.

Belajar itu membutuhkan kesabaran, kegigihan, kalau tidak paham maka ulangilah mendengarnya, sekali tidak paham maka dengarlah dua kali, bahkan sampai puluhan, ratusan kali juga tidak merasa bosan. Pepatah mengatakan : “Mengulangi membaca hingga ribuan kali, maknanya dapat dipahami dengan sendirinya“, setelah anda mengulang mendengar hingga seribu kali, pasti bisa memahami maknanya, hanya saja membutuhkan kesabaran.

Master Chin Kung menasehati kita agar meneladani Upasika Liu Su-yun, bagaimana beliau bisa memperoleh kemajuan batin? Yakni dengan kesabaran, menfokuskan diri pada satu Pintu Dharma dan mendalaminya, melatihnya berkesinambungan dalam jangka panjang. Upasika Liu selama melatih diri di rumah mengulangi mendengar ceramah “Sutra Usia Tanpa Batas”. Satu keping VCD diulang sebanyak sepuluh kali sehari, satu kali durasinya satu jam, esok harinya barulah diganti dengan keping kedua, juga diulang sebanyak sepuluh kali. Bagaimana setelah selesai mendengar keseluruhannya? Diulang lagi dari awal, setahun 365 hari, setiap hari juga begini, seharipun tidak pernah absen, ini merupakan keberhasilan yang diwujudkan oleh kesabaran, sehingga meraih keberhasilan dalam pelatihan diri.

Sesungguhnya ini juga melatih sila, samadhi dan prajna, anda dapat menfokuskan pikiran selama sepuluh tahun, bagaimana mungkin tidak berhasil? Maka itu harus tahu menimbun jasa kebajikan, sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit, perlahan-lahan, setahap demi setahap, jadi tidak bisa baru saja mulai lantas melihat kesuksesan yang diraih orang lain, saya mesti bisa sejajar dengannya, menghendaki jalan pintas! 

Kalau memaksakan diri melatih diri, tak peduli siang dan malam tanpa beristirahat, maka hanya bertahan beberapa hari saja sudah merasa capek dan bosan. Semangat mulai pudar, niat semula kini jadi sirna, melihat kesuksesan yang diraih orang lain, apa yang dipikirkannya? Ingin melampaui orang lain, hati yang ingin menang dari orang lain, hati yang ingin bersaing dan menonjolkan diri, ini merupakan sikap Asura, setelah berhasil jadilah diri anda sebagai Asura.

Maka itu dalam mengejar keberhasilan tidak ada kaitannya dengan orang lain, tetapi jadikanlah orang lain sebagai panutan, kita belajar padanya, tetapi tidak punya niat ingin melampauinya, mempertahankan kegigihan, akhirnya anda juga bisa berhasil.  


在《宝云经》里面,这个是黄念祖老居士注解里面所引用的,讲到菩萨有十种方法能净于忍,就是忍力成就,用什么方法?十种,这里给大家简单介绍一下。第一种方法叫内忍,内就讲我们的身心,身体的感受有苦有乐,心里的感受有忧有喜,这些我们都要忍受。《金刚经》上讲「一切法得成于忍」,你得忍。譬如说身体有饥寒的感受,生活上的这种饥寒困苦要忍得住,这才能修行。为什么叫内忍?身体上的感受别人不知道,自家的事,有的可能甚至有病苦,都得忍耐。心里面有忧虑、有烦恼,这都要忍。所谓忍,就是不要被它影响,不要因它而造作恶业。净宗的妙法就是用一句佛号,你能称念阿弥陀佛,你起烦恼的时候,立刻用阿弥陀佛把它压下去,这就是修忍的功夫,修放下,不要想那些忧恼,你想了没用,要放下。

第二种忍的方法是外忍,外忍是什么?就是身心以外,别人加给我们的,特别是别人对我们的毁谤、侮辱、骂詈,这常有的事情。譬如说你学佛,人家会骂你迷信,说你怎么不务正业?我以前都经过这样的阶段。这个时候你不能生气,你得忍。你要做一件好事,可能别人不理解,往往会讥讽你、嘲笑你,你不能退心,要坚持。或者是有人骂佛教,他不信佛教的,骂佛是魔鬼,你听了你也不能生气,你要跟他生气干仗那就完了,这不是一个佛教徒应该做的事情,佛教徒要表现出忍辱的形象。

我们的本师释迦牟尼佛当年在世,也有六群比丘,有提婆达多,这班人在捣乱,提婆达多三番五次要害佛,当然他没办法害,佛的福报多大,害不死,但是也曾经出佛身血。有一次佛走到山涧里头,提婆达多就在山头上把那大石头往下推,想砸死佛。当然护法神用金刚杵一敲把这石头打碎了,空中就碎了,碎片掉到了佛的脚面,划破了一道口子,出佛身血。这是什么?这是无缘无故来找茬。还有六群比丘,这是僧团里头的;僧团以外的六师外道,那都是常常当面毁辱、背后骂詈。佛也没跟他们计较,甚至没有跟他们辩论,他们骂,由他们骂去,骂久了、骂累了就不骂了,这就是修忍的功夫。

在古时候,宋朝有一位宰相叫富弼,他的度量就很大。人家骂他,骂他什么?反正就是侮辱他,他都不放在心上,也更不追究别人。有一次别人当面骂他,他旁边的随从都看得非常按捺不住了,结果富弼就劝止,说「没关系,他不是骂我,他肯定是骂别人」。他随从说,「他指名道姓在骂你」。他说「这个世间同名同姓的人很多,他肯定是骂别人」。你看他就是不接受,这个胸怀多大!所以宰相肚里能撑船,他之所以能做宰相,这么大的福报,他度量大,量大福大。别人骂我们,我们不接受,就好像别人给你一样东西,我送给你,你要是不接受,那我是不是还得把它拿回来,对吧?骂人也是,他骂我,我不接受,他还得拿回去,这等于自己侮辱自己了。所以这个要我们应当学习,就学着骂不还口,打不还手,修忍辱。

第三个忍是法忍,法忍这个法是佛法,我们求法要深入经教,深解义趣,佛法是广大精深,无上甚深微妙法。我们可能听了未必能听得懂,譬如说讲《无量寿经》,这里面的义理通《华严》,那是无上甚深的微妙法,我们听一座未必听懂。可是听不懂不能就算了,搞个一知半解,就打退堂鼓,不行。学习一定要有耐心、要有恒心,听不懂再听,听一遍不行听两遍,两遍不行听十遍,十遍不行听百遍,古人讲「读书千遍,其义自见」,你听上一千遍肯定懂,但是要真有那个忍耐力,有耐心。

师父老人家让我们学习刘素云居士,她功夫如何成就的?就是有耐心,方法抓住了,一门深入,长时薰修,就在家薰十年,就听一部《无量寿经》,还不是现在我们师父讲的版本,那是拿以前十多年前的版本,很可能是我们现在复讲的这个版本。我们现在复讲的是老人家二次宣讲《无量寿经》,讲了一百零七集,在台北华藏讲的,这个可以说是老人家过去讲的《无量寿经》里最完整的,也最详细。这个经你就反覆听,就拿个光盘,一天从早到晚就听那片光盘,听上十遍,一小时一遍,第二天再换第二个光盘,从头到尾听下来就听了十遍。听完之后怎么办?再重复听,一年三百六十五天,天天如是,一天都不缺,这是忍力成就,功夫就到家了。

其实这当中就是修你的戒定慧,你能够把心定上十年,反覆用正法、用经教薰习,哪能不成就?所以要懂得积功累德,积少成多,慢慢的来,不能够一开头看到人家,成就得这么好,我也要赶上他,要使劲!没白天没夜晚,干个几天就累了,就倦怠下来。这个其实刚刚发心都不纯,他看到别人好,他是想什么?要超过别人,好胜的心、争强的心,不是道心,不是想自己成就自己,是好胜争强,是阿修罗的心态,你学成了,最后都成了阿修罗。所以真正要发道心,真正自己要成就,跟别人不相干,以别人为榜样,我们向他学习,但是绝没有争强好胜的心,持之以恒、锲而不舍,最后你就能成就。