Sabtu, 07 Januari 2017

Melatih Kesabaran (Bgn 4)


Buddha Sakyamuni ketika sedang melatih Jalan Bodhisattva, suatu kali pernah terlahir sebagai Pertapa Kesabaran, tubuhnya dimutilasi Raja Kalinga, bayangkan betapa dalamnya dendam ini! Bahkan tanpa alasan yang jelas, begitu saja dicelakai.

Sutra menyebutkan, suatu hari Pertapa Kesabaran sedang bersamadhi di dalam hutan, Raja Kalinga (Raja Kalinga adalah raja bengis) beserta dayang-dayang istana sedang berburu di hutan, sambil berpelesiran. Ketika raja sedang pergi berburu, dayang-dayang istana berjalan-jalan menikmati panorama hutan, tiba-tiba melihat Pertapa Kesabaran sedang bersamadhi, melihat rupa Pertapa Kesabaran yang penuh kewibawaan, mengundang kekaguman di hati para dayang istana, mereka mengelilingi Pertapa Kesabaran memohon pembabaran Buddha Dharma. Pertapa Kesabaran membabarkan Dharma kepada mereka.

Ketika Raja Kalinga pulang dari berburu, mencari para dayang istana, akhirnya menemukan mereka sedang duduk mengelilingi seorang pria, api cemburu  berkobar di hati raja, segera mencabut pedangnya dan mendekati Pertapa Kesabaran, “Kenapa kamu menggoda dayang istana beta?”

“Saya tidak menggoda dayang istana paduka, mereka-lah yang datang menghampiriku, memohon pembabaran Buddha Dharma, maka itu saya menyampaikan Dharma kepada mereka”.

“Apa yang kamu lakukan di sini?”    

“Saya sedang melatih kesabaran”.

“Jadi kalau beta menghinamu, apakah kamu juga bisa bersabar?”

“Saya sudah tidak melekat pada pemikiran adanya aku, manusia, para makhluk dan kehidupan, sanggup bersabar pada apa saja”.

“Baiklah, akan beta uji sampai dimana kesabaranmu”.

“Ciaatt!” satu tebasan pedang memotong anggota tubuh Pertapa Kesabaran, darah segar menyembur keluar, “Apakah kamu masih bisa bersabar?”

“Saya tetap bisa bersabar”.   

Demikianlah satu persatu anggota tubuh Pertapa Kesabaran dimutilasi Raja Kalinga, sejak awal hingga akhir kejadian tersebut, di hati Pertapa Kesabaran sama sekali tidak ada niat benci, sehingga menyempurnakan Ksanti Paramita-nya.

Tiada niat untuk menyimpan dendam, malah muncul Maha Maitri Karuna, Pertapa Kesabaran berkata pada Raja Kalinga : “Anda benar-benar dungu, menciptakan karma buruk sedemikian rupa, tidak tahu bahwa akibat karma buruk ini pasti akan jatuh ke Neraka Avici”.

Oleh karena itu muncul rasa iba di hati Pertapa Kesabaran, kemudian mengikrarkan tekad, “Kelak ketika saya mencapai KeBuddhaan, orang pertama yang akan Saya selamatkan adalah dirimu”.

Lihatlah, Pertapa Kesabaran malah membangkitkan niat Maitri Karuna. Akhirnya permukaan tanah retak dan terbuka, Raja Kalinga digulung oleh kobaran api Neraka jatuh ke dalam Neraka, sementara itu kesadaran (roh) Pertapa Kesabaran naik ke Surga.

Kemudian setelah melewati kalpa demi kalpa, kelahiran demi kelahiran, akhirnya Pertapa Kesabaran mencapai KeBuddhaan, yakni Buddha Sakyamuni, setelah mencapai KeBuddhaan, Sang Buddha memutar roda Dharma untuk pertama kalinya di Taman Rusa Isipatana kepada lima orang pertapa, diantara lima orang pertapa, yang pertama memperoleh penyelamatan, berhasil mencapai tingkatan kesucian tertinggi Arahat, adalah Yang Ariya Ajnata Kaundinya (pali : Anna Kondanna), siapakah Kaundinya? Yakni pada masa kelahiran lampau adalah Raja Kalinga.  

Buddha Sakyamuni telah memenuhi janjinya, yakni yang pertama menyelamatkannya. Betapa Maitri Karuna-Nya! Tiada kebencian sama sekali. Maka itu benar-benar melatih kesabaran, bahkan jiwa maupun raga juga sanggup diikhlaskan, tiada yang tidak sanggup direlakannya. Anda mampu melepaskan segala kemelekatan, tentu saja sanggup bersabar, kalau tidak sanggup bersabar berarti belum melepaskan kemelekatan.

Maka itu dari urutan Enam Paramita, sebelum melatih Ksanti Paramita maka terlebih dulu melatih Dana Paramita, berdana merupakan landasan untuk melatih kesabaran. Ketika anda berhasil melepaskan kemelekatan maka dengan sendirinya dapat menyempurnakan kesabaran.

9. Kesabaran karena hati belas kasih, yakni yang kita katakan sebagai Maha Maitri Maha Karuna, menyelamatkan para makhluk dari derita dan kesusahan, membantu para makhluk. Maksud anda membantu mereka, tetapi belum tentu mereka sudi menerimanya. Mereka mungkin saja dungu dan sesat sehingga anda berniat baik tapi mereka malah mencurigaimu, apa niat terselubung dibalik kebajikanmu?

Mereka bahkan berseteru denganmu, bahkan menghina dirimu, saat begini anda tidak boleh merasa diperlakukan tidak adil, saya sudah baik padamu, anda malah memperlakukan diriku dengan buruk! Begitu niat pikiran ini muncul maka tidak sanggup menahan sabar lagi. Dengan perkataan lain, anda cuma berpura-pura baik padanya.

Hendaknya niat baik padanya itu mesti tulus, jangan mempersoalkan bagaimana sikapnya padamu, juga tidak mempersoalkan apakah kelak dia akan membalas budimu, begini barulah tulus, pengorbanan yang tanpa pamrih. Jadi bukanlah karena saya baik padamu, makanya anda juga harus baik padaku, barulah saya mau berlaku baik padamu. Sebaliknya apabila anda bersikap buruk padaku, maka saya akan marah, ini merupakan pengorbanan dengan mengharapkan pamrih, mengharap balas budi dari orang lain, hati Maitri Karuna yang tidak sempurna, tidak bisa disebut sebagai Maha Maitri Maha Karuna.

Maha Maitri Maha Karuna adalah bagaimanapun sikap makhluk lain pada diriku, saya tetap akan memperlakukannya dengan Maitri Karuna. Serupa dengan Pertapa Kesabaran memperlakukan Raja Kalinga, Raja Kalinga begitu sadis mencelakainya, namun sejak awal hingga akhir, Pertapa Kesabaran tetap ber-Maitri Karuna padanya, inilah bentuk kesabaran karena hati belas kasih.

10. Kesabaran karena telah mengikrarkan tekad. Tekad yang telah diikrarkan mesti diwujudkan hingga sempurna, ini membutuhkan kesabaran yang besar. Bodhisattva mengikrarkan empat tekad agung, butir yang terakhir adalah “Bertekad mencapai Jalan KeBuddhaan tertinggi tiada taranya”, untuk menjalani tahapan ini mungkin memerlukan waktu selama kalpa tak terhingga, kalau tidak sabar bagaimana bisa mencapai KeBuddhaan? Ini bukan hal yang gampang.        

Jadi kalau anda ingin mencapai KeBuddhaan maka melatih Pintu Dharma Tanah Suci merupakan metode yang paling cepat, tidak ada lagi pintu Dharma lainnya yang bisa sebanding, dalam satu kehidupan ini juga anda bisa terlahir ke Alam Sukhavati tidak mundur lagi dari pencapaian KeBuddhaan.

Tetapi untuk melatih Pintu Dharma ini juga perlu daya upaya, anda juga perlu melafal Amituofo, bahkan hingga tiga atau lima tahun lamanya barulah ketrampilan jadi mahir, selama periode ini bagaimana kalau anda tidak sabar menjalaninya? Anda harus tahan kesepian, menahan kesusahan dalam melatih diri.  

Tempo dulu saya pernah tinggal beberapa tahun di Australia, ada beberapa sahabat Tionghoa yang datang ke Australia, merasa bahwa lingkungan hunian di Australia cukup bagus, udaranya segar, mentari bersinar cerah, tetapi terlalu sepi, tidak banyak tempat hiburan.  

Kalau takut kesepian, setiap hari ingin keluar cari teman, maka sulit berhasil. Maka itu praktisi sejati berdiam dalam kesunyian. Andaikata tidak ada rekan dalam melatih diri, maka tempuhlah jalan sendirian. Melatih diri sendirian, serupa dengan Upasika Liu Su-yun, juga bisa berhasil. Tekad terlahir ke Alam Sukhavati jadi terwujud, untuk apa kita membangkitkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati?    

Yakni demi tekad menyelamatkan para makhluk yang tak terhingga, demi menyelamatkan para makhluk makanya saya mesti terlahir ke Alam Sukhavati, jadi tujuannya bukan untuk menikmati kesenangan di sana, di Alam Sukhavati segala sesuatu terwujud sesuai dengan apa yang dipikirkan. Bila anda berpikir demi menikmati kesenangan di Alam Sukhavati, maka ini adalah pemikiran egois, mementingkan diri sendiri, mana bisa terlahir di sana.

Untuk terlahir ke Alam Sukhavati mesti membangkitkan Bodhicitta, anda harus membangkitkan tekad menyelamatkan para makhluk. Benar-benar membangkitkan hati begini, mesti gigih dan tekun, membantu semua makhluk. Coba renungkan, membantu para makhluk, sekarang saja kita masih belum punya kemampuan untuk melakukannya, jadi bagaimana boleh mencelakai para makhluk?     

Maka itu kita melatih diri, yang pertama, tidak boleh mencelakai para makhluk, sila pertama dari Lima Sila adalah tidak membunuh. Apa yang dimaksud dengan tidak membunuh? Tidak boleh mencelakai makhluk lain, disebut sebagai tidak membunuh, bahkan niat pikiran serupa ini juga tidak boleh ada.

Mencelakai makhluk lain merupakan kendala terbesar bagi pelatihan diri, yang akan menghalangi Kusala Dharma, menjalin banyak jodoh buruk. Maka itu dalam melatih diri, syarat pertama yang harus dipenuhi adalah melatih kesabaran.

Tekad agung yang diikrarkan, selamanya tidak merasa jenuh dan lelah, teguh dan gigih, sehingga menyempurnakan kekuatan kesabaran. Bait Sutra Usia Tanpa Batas ini merupakan prinsip penting dalam melatih diri, kita harus senantiasa mengingatnya.

Setelah mempelajari ajaran sutra hendaknya diterapkan dalam kehidupan keseharian, bagaimana kita memperlakukan orang lain, menangani persoalan dan memperlakukan makhluk hidup lainnya. Dengan mengamalkan ajaran sutra barulah anda bisa mencapai kesucian.

Sebaliknya bila sudah membaca sutra tapi tidak diterapkan dalam kehidupan keseharian, mustahil bisa terlahir ke Alam Sukhavati. Maka itu kita harus menjadikan “Sutra Usia Tanpa Batas” sebagai landasan pemikiran dan tindakan kita dalam kehidupan keseharian. Dengan demikian melafal Amituofo barulah bisa terjalin dengan Buddha Amitabha, barulah memiliki kepastian untuk terlahir ke Alam Sukhavati.

释迦牟尼佛当年因地修行的时候做忍辱仙人,歌利王来割截身体,这是什么?凌迟处死,这个仇恨多深!而且是无辜被害。经上讲,忍辱仙人他修行,在森林里打坐,歌利王(歌利王就是暴君,中文翻译成暴君),暴君带着宫女们出来打猎、游玩,在森林里看到忍辱仙人在打坐,歌利王就追猎物去了,那些宫女看到忍辱仙人庄严相好,就很羡慕,围过来向他请教佛法。忍辱仙人就给她们说法。结果歌利王回来了,一看,自己的宫女们都围着一个男人坐着,心里的妒火就起来了,拔出剑就走上去问,「你干嘛要调戏我的宫女?」「我没有调戏你的宫女,是她们来问我,请教我佛法,我给她们说法而已。」「你在这干什么?」「我在这修忍辱。」「你能忍,我羞辱你,你能不能忍?」「我已无我相、无人相、无众生相、无寿者相,什么都能忍。」「好,我来试试看。」「哗」给他一刀,鲜血就喷出来了,「你能不能忍?」「能忍。」再来一刀,就这样一刀一刀的把忍辱仙人全身肉割下来,凌迟处死。自始至终忍辱仙人一个瞋恼的念头都没有,成就了忍辱行。没有逼恼的念头,没有报复的念头,反而生起大慈悲,「你真是愚痴,造了这样的恶业,不知道将来果报必在阿鼻地狱。」所以生起怜悯同情的心,发了一个愿,「将来我成佛了,我第一个度你。」你看,发起慈悲的念头。结果后来真的大地裂开,歌利王就被地狱的猛火卷到地狱去了,忍辱仙人他的神识就生天了。

后来也不知过了多少生多少劫,到释迦牟尼佛,他成佛了,成佛之后鹿野苑第一次讲法度五比丘,五比丘当中第一个得度证阿罗汉果的是憍陈如尊者,憍陈如是谁?前生就是歌利王。释迦牟尼佛实现他的诺言了,第一个度他。这种心多么慈悲!没有丝毫怨恨。所以真正修忍,身、心、世界统统都能舍,没有什么不能舍。你能一切放得下,当然就能忍,不能忍是因为放不下。所以忍辱前面得修布施,六度里面先得修布施,布施是忍辱的基础。你真正一切放下了,忍辱自然成就。

第九个忍叫悲心忍,就是我们现在讲大慈大悲,救苦救难,帮助众生。可是你救他们,帮助他们,他们未必领情。他们可能愚痴颠倒,你对他好,他反而怀疑你,你是什么意图?反而跟你对立,甚至会侮辱你,让你下不了台,你这个时候不能不平,我对他好,他怎么对我这样!你这一念不平的心起来了,就不能忍了。那换句话说,你对他好那个心都不真。要真心对他好,不要计较他对你什么态度,也不计较他会不会给你报酬、给你回报,这叫真心,无所求的心。不是说我对你好,你一定要对我好,我才能对你好。你对我不好了,我就生气。这就是有所求,求什么?求别人对我好,求别人报我的恩、感我的德,有所求的心就不真了,慈悲心也就不圆满,不叫大慈大悲。大慈大悲,是无论众生对我如何,我对他都是慈悲。就像刚才忍辱仙人对歌利王,歌利王对他这样残害,忍辱仙人对他都是一味的慈悲,悲心忍。

第十种是誓愿忍,这是讲誓愿要到达究竟圆满,这需要很大的耐心。菩萨发四弘誓愿,最后是「佛道无上誓愿成」,这个过程可能是无量劫,不忍怎么能成佛?那可不是容易事。你要成佛,修净土法门是最快速的,没有任何法门有这个快速,你这一生就能往生不退成佛。可是你要修这个法门,再快速你也得要花功夫,你念佛最快也得花上个三年五年,你才能念到功夫成片,这当中你要不忍怎么行?你要忍住寂寞,忍住修行的苦。

我过去在澳洲住过几年,也有一些华人朋友来到澳洲,觉得澳洲环境不错,空气新鲜,阳光明媚,可是就是太寂寞了,没什么好玩的。如果是怕寂寞,整天想找人玩,这就很难成就。所以真正修行人,安住寂寞。如果没有同修道友,就一个人干。一个人干,就像刘素云居士,也能成就。真正求生净土这个愿实现了,求生净土是为了什么?还是为了众生无边誓愿度,我是为度众生而去的,不是为了去西方极乐世界享受,那儿思衣得衣,思食得食,想吃啥就吃啥,吃完不用洗碗,这么好的生活,是吧?你想这个,自私自利,为自己打算,那往生不了。往生得发菩提心,你得发起度众生的心。真正发起这个心,要勇猛精进,帮助一切众生。你想想,帮众生,我们现在做还做不来,又怎么能够恼害众生?所以我们修行,第一个,不能恼害众生,五戒里面第一就是不杀生戒。什么叫不杀生?不能恼害一切众生,叫不杀生,连这样的念头都没有。恼害众生是我们学佛修行最大的障碍,障碍我们的善法,结下很多恶缘。所以我们要真修行,这是第一条要做到,修忍就非常非常重要。

  「志愿无倦,忍力成就」这一条,是很重要的修学纲领,我们要牢牢把它记住。这个纲领讲完之后,底下就教我们怎么个做法。就是把这样的一个纲领落实到我们生活当中,待人处事接物。待人处事接物,要把经典的教训要运用起来。所以一个经,你看这部经有教理行果,教是教导,理是理论,行是我们的日常生活行为,你要去照着做,你才能够证果。如果说这部经你读了,你听了,你没去照做,一天即使读十遍、二十遍,那也没用,不能证果,也不能往生,该怎么轮回还得怎么轮回。为什么?没去照做。经典,第一步要做的是把它念熟,念熟之后要真正理解,理解是为了帮助我们落实,变成自己的思想行为。这部《无量寿经》你要把它做为自己人生舞台的一个剧本,我们要把《无量寿经》演出来,这就是行,这就是证果,那你念的佛才相应,你往生就可靠。