Kamis, 13 Oktober 2016

Kisah Liang Shi-zhu


Petikan Ceramah Venerable Ding Hong :
Kisah Liang Shi-zhu

Di dalam “Anshi Quanshu” terdapat sebuah perumpamaan : Di daerah Suiling yakni sekarang adalah Kabupaten Suining, Provinsi Jiangsu, terdapat seorang hartawan yang bernama Liang Shi-zhu, dia memiliki seorang putra, yang merupakan anak kesayangannya.

Pada masa Dinasti Qing dibawah pemerintahan Kaisar Shunzhi (1644-1662), putranya yang berusia 19 tahun itu jatuh sakit, Liang Shi-zhu oleh karena hal ini jadi begitu pedih hatinya, oleh karena begitu menyayangi buah hatinya.

Akhirnya putranya tiba-tiba memanggil ayahnya dan berkata : “Pada dua masa kelahiran lampauku, saya adalah penduduk Xuzhou, mempunyai 300 tael emas, saat itu saya memiliki hubungan bisnis denganmu.

Suatu kali saya terserang disentri, di tengah jalan perutku sakit dan masuk ke kakus, anda menggunakan pisau yang tajam menusuk ke bagian dadaku, menghabisi nyawaku. 

Demi menutupi kejahatan yang anda perbuat, anda sengaja mengiris pergelangan tangan sendiri, sehingga darah mengalir keluar, bahkan berkata bahwa diriku tewas karena dibunuh perampok, kemudian anda berhasil lolos dari hukuman.

Setelah meninggal dunia, saya terlahir kembali di Kabupaten Suiling dalam Keluarga Wang, 20 tahun yang silam ada seorang bermarga Wang itu adalah masa kehidupan lampauku.

Setelah membunuhku, tiga tahun kemudian anda juga meninggal dunia, setelah wafat juga terlahir di Suiling, yaitu diri anda yang sekarang ini.

Pada masa kehidupan lampau anda berhutang uang dan nyawa padaku. Tempo dulu saya tidak berhasil menemukan dirimu. Suatu kali, saya sedang pergi membayar pajak, di sisi meja kasir tiba-tiba berpapasan denganmu, saat itu tanpa alasan saya merasa amat geram, begitu melihatmu api kebencian langsung berkobar, mengepalkan tangan dan memukuli dirimu.

Saat itu saya tidak mengenalmu, saya juga tidak tahu mengapa saya bisa bertindak demikian. Sedangkan anda yang tidak mengenal diriku, malah tidak menaruh di hati atas pemukulan tersebut.

Sampai di rumah, saya selalu melamun dan tidak bahagia, beberapa hari kemudian saya meninggal dunia. Setelah wafat, saya terlahir kembali di rumah anda, menjadi putramu, kini telah berusia 19 tahun”. 

Ternyata ayah dan anak memiliki jalinan jodoh selama beberapa masa kehidupan. Lihatlah, pada dua masa kelahiran lampau mereka menjalin ikatan permusuhan, setelah meninggal dunia terlahir kembali di Keluarga Wang, tapi akhirnya bertemu musuh berbuyutan dan memukulinya tanpa mengetahui alasannya, pulangnya mengalami depresi dan tidak lama kemudian menemui ajal.

Setelah meninggal dunia terlahir kembali di rumah Liang Shi-zhu dan menjadi putranya. Liang Shi-zhu menyadari bahwa 19 tahun silam dirinya pernah dipukuli tanpa alasan, kemudian putranya melanjutkan perkataannya : “Hitung-hitung hutang piutang selama 19 tahun ini, ketika masih berusia kecil, saya terserang penyakit cacar, anda mengeluarkan sejumlah uang; mengundang guru untuk mendidikku, juga mengeluarkan sejumlah uang; mendukung diriku menikah dan mempunyai anak; juga mengeluarkan sejumlah uang; lalu mengikuti ujian dan berguru, juga mengeluarkan sejumlah uang; belum lagi biaya-biaya kecil lainnya, bila ditotalkan harusnya sudah melunasi hutang sejumlah 300 tael emas pada masa kehidupan lampau, ditambah dengan bunga, juga sudah cukup. Tetapi uang nyawa belum anda lunasi, saya putra anda, saya tidak tega membunuhmu”.

Orang jaman dulu mengecap pendidikan budi pekerti, masih memiliki hati bakti, jadi tidak berani membunuh ayahbunda, maka itu dikatakan pendidikan dapat memperbaiki hati manusia!

Putra Liang Shi-zhu memutuskan tidak membunuh ayahnya, walaupun mengetahui bahwa ayahnya berhutang nyawa padanya tapi dia tidak ingin menagih lagi. Akhirnya dia berkata pada ayahnya : “Saya hendak meninggalkan dirimu, pergi ke tempat yang jauh”. Oleh karena terserang penyakit kritis, tidak lama kemudian akan menemui ajal.

Kemudian si anak berkata pada ayahnya lagi : “Meskipun saya telah memaafkan dirimu, tetapi saya khawatir pengadilan akhirat tidak bisa memaafkan dirimu, oleh karena ini adalah karma buruk yang diperbuat dirimu pada masa kelahiran lampau”.

Setelah menyelesaikan ucapannya, si anak menghembuskan nafas terakhir. Liang Shi-zhu begitu bersedih hati, siang malam menangis tersedu-sedu. Dia berkata pada orang lain : “Putraku adalah anak berbakti dan cerdas, dia takut saya bersedih hati makanya mengarang cerita sembarangan untuk menghiburku. Di dunia ini mana ada ayah dan anak yang merupakan musuh berbuyutan?”

Liang Shi-zhu masih begitu mementingkan harga diri, masih suka menipu diri sendiri dan orang lain, dia begitu menyayangi putranya, juga tidak ingin orang lain mengetahui perbuatannya pada masa kehidupan lampau, barulah mengatakan sedemikian rupa. Semua orang juga percaya pada ucapannya.

Tetapi tidak lama kemudian Liang Shi-zhu mengasah sebilah pisau panjang. Ada orang yang bertanya padanya untuk apa pisau tersebut? Dia menjawab : “Tahun ini adalah tahun bencana kelaparan, tempat kita merupakan daerah terpencil, takutnya akan ada kawanan perampok, makanya mempersiapkan pisau ini untuk melindungi diri”. Lalu dia juga mengucapkan kata-kata yang tiada sangkut pautnya.

Akhirnya pada suatu hari, dia tampak seperti orang gila menahan pegangan pisau ke dinding, sedangkan ujung pisau diarahkan ke dadanya, mendadak berteriak : “Putraku, biarkan saya sendiri yang menerjang ke depan”. Selesai berkata, dengan sekuat tenaga dia menerjang ke arah ujung pisau yang tajam, akhirnya mata pisau menusuk dan menembus ke dalam dadanya sekitar tujuh atau delapan inci, sampai mencapai tulang belakang.

Lihatlah, pada masa kehidupan lampau menipu harta dan mencelakai nyawa orang lain, hanya demi 300 tael emas sehingga menciptakan karma buruk, apakah dari uang 300 tael tersebut, adakah satu tael yang bisa dibawa pergi? Satu tael pun tidak bisa dibawa pergi! Yang bisa dibawa pergi hanyalah karma sendiri!

Andaikata putranya sebelum meninggal dunia, tidak mengatakan keluar tentang sebuah jalinan jodoh ini, maka orang lain akan merasa heran, kenapa Liang Shi-zhu bisa kehilangan putranya, lalu kenapa pula dia bunuh diri? Atau mungkin dia terlalu memikirkan putranya? Atau terlalu bersedih hati? Inilah dugaan orang banyak.

Tetapi siapa yang bisa memahami ternyata Hukum Sebab Akibat yang ada di dalamnya adalah begitu rumit? Bukan hanya satu masa kehidupan ini saja, namun mencakup beberapa masa kelahiran lampau.

Orang yang tidak memahami Hukum Sebab Akibat, akan salah tafsir, mengira orang baik tidak mendapat balasan yang baik, sehingga sembarangan membuat kesimpulan, ini adalah fitnah.

Lihalah Liang Shi-zhu, bukankah orang yang berlapang hati? Sudah dipukuli tapi tak berperhitungan, tetapi kenapa orang baik tidak mendapat balasan yang baik? Putranya meninggal dunia dan dia sendiri bunuh diri, mengapa demikian?

Orang lain yang tidak mengerti akan menfitnah, mana ada Hukum Karma? Mana ada berbuat baik mendapat balasan baik dan berbuat jahat mendapat balasan buruk? Dia sendiri tidak paham lalu menfitnah Buddha Dharma. Makanya kalau bukan ucapan si anak sebelum meninggal dunia, semua orang pasti akan salah paham!

Maka itu kalau tidak belajar Saddharma (Dharma Sejati), maka sulit terhindarkan dari memiliki pandangan sesat begini!            
  



在《安士全书》里面,有这么一个公案:在睢陵,就是现在的江苏省睢宁县,有一个富人叫做梁石柱,他有一个儿子,很受他的疼爱。在清朝顺治,就是清朝第一个皇帝年间,他的儿子十九岁时身患重病,梁石柱因此悲痛万分,因为疼爱儿子嘛。结果这个儿子忽然直呼他父亲的名字说:“我前两世就是徐州的某某,有三百两金子,当时和你一起做生意。有一次,我得了痢疾,中途拉肚子上厕所时,你趁机用锋利的刀子刺入我的胸部,将我杀死。你为了掩盖罪状,就自己用刀割破自己的手腕,出了血,并说我是因为盗窃才被杀死,结果你就逃脱了罪名。我死了以后,就投胎到睢陵县的王家,二十年前的王某便是前一世的我。你比我晚三年死,死后也在睢陵投胎,就是现在的你。你前世欠了我的钱和命,(他们就是“相从共生”,就感召在一起啊。)从前,我一直找不到你。有一次,我偶然上县里交纳条银,在柜台边忽然遇见你,当时我非常气愤,一看到你,我就怒火填膺,握紧拳头猛打你。当时我也不认识你,我也不知道自己为何会这么做。(仇人相见分外眼红!前生结的这个怨,今生一见面就想打他!)但是你呢,因为与我素不相识,反而不介意。我回到家后,整天闷闷不乐,几日后,我便愤闷而死。死后,我就投生到你家,成为你的儿子,今年已经十九岁。”

就是啊,他们已经有几世的因缘。你看,前世,他俩结了个怨,成为冤家;第二世,到了王家投胎,结果呢,见了面打他,也不知道为什么,郁闷了好久,死了;死了又投胎,到这个梁石柱家里做儿子。这梁石柱自己知道啊,这十九年前被人打过,他知道。这个儿子又自己说:“算算这十九年的帐,估计小时候我出痘疹,你花了一些钱;请老师教我读书,也花了一些钱;替我娶媳妇也花了一些钱;还有考试拜老师也花了一些钱;此外还有其它零星的小费,总共合起来应该也还清了我前世的三百两金子的债了,加上利息,都够了。但是命债你还没有还,我是你儿子嘛,就不忍心杀你。”过去的人啊,接受传统文化的教育,还有孝心,所以不敢杀父母。杀父母是大逆不道,所以说,教育可以改变人心啊!所以这个儿子不打算杀他,明知道是他欠了自己的命,但就算了。所以他说:“我打算离开你到别处去了。”因为他得了重病,不久就将死了。儿子最后又说:“不过我虽然饶了你,可是我担心阴府是不会宽恕你,因为这是你前世造的恶业。”这种呢,就是用“机伪多端,更相欺诳”这样的一种手段谋财害命。

儿子说完死后,梁石柱伤心得日夜痛哭。他对别人说:“我儿子啊,孝顺又聪明,他是怕我悲痛,才编这一通谎话来安慰我的。天下哪有父子是仇人的呢?”他还很要面子,这个人就是啊很会欺骗人,能够给自己找事,他很爱儿子,又不想让人知道他前世造的这些恶,所以这么说。大家也就信以为真了。可是没有多久,他亲手磨了一把长刀。有人问他磨长刀作什么用?他说:“今年是灾荒年,我们这个地方是穷乡僻壤,恐怕会有盗贼,准备用这把刀来自卫。”他还说了一些不相干的话。结果有一天,他发疯般地把长刀的刀把顶在墙上,把刀锋对着自己的胸膛,忽然大叫说:“儿子,你让我自己撞上去吧。”说完便尽全身的力气朝刀锋猛地撞过去,结果刀锋穿入胸部七八寸,一直插到脊椎骨。这就这里讲的“善恶祸福。追命所生。”你看,前生谋财害命,就为了那三百两黄金造了这种恶业,请问,他这三百两黄金,有一两能带得走吗?一两都带不走!带走的就是自己的业啊!“如是至竟。无一随者”,只有“善恶祸福。追命所生”,冤亲债主跟着来报复,“结忿成仇。破家亡身”。

  假如这个儿子死之前没有说出这段因缘,大家都会觉得很奇怪,为什么这个父亲失去儿子,他自己还拿刀自杀?大概是他太想念儿子了吧?太悲痛了吧?只能这么解释。谁能了解这里头的因果报应那么复杂呢?不是这一世而已啊,是过去世啊,带下来的!不明白因果道理的人,没有三世眼的人,就看不到前生后世。往往啊,他就见到一些似是而非的善,或者似是而非的恶,他就搞不清楚,搞不清楚就随便就评论,这就是毁谤。你看这个梁石柱还是个很大量的人啊,对吧?你看,被人打了,素不相识的人打了他,他还不计较,挺大量的啊,为什么好人没好报?你看,他儿子也死了,自己也自杀了,为什么?他看不明白,他就会毁谤,哪里有因果啊?哪里有善有善报恶有恶报啊?他搞不清楚,就毁谤正法,如果不是这个儿子死前说的这番话,大家都是这么误解啊!就以为好人没有好报啊!所以没有学习正法,难免就会有这样的邪见啊!