Rabu, 14 Desember 2016

Menikah atau tidak menikah


Petikan Ceramah Venerable Ding Hong :
Telah membangkitkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati, apakah boleh kalau tidak menikah dan menfokuskan diri melatih diri?

Venerable Ding Hong menjawab :
Hal begini sebaiknya jangan ada kehendak sendiri, mengerahkan segenap perhatian dalam membulatkan tekad terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, begini barulah betul, sedangkan hal lainnya di dunia ini dijalani dengan menuruti jodoh dan apa adanya, tidak perlu ada hati yang mengharapkan sesuatu.

Menikah juga bagus, tidak menikah juga bagus, hal ini bukanlah dapat anda pikirkan sekarang ini, ini adalah apa yang disebut dengan kekuatan karma, juga kekuatan tekadmu, dua kekuatan ini saling mempengaruhi, sehingga akhirnya ada satu yang menang.

Seperti diriku ini, saat usia muda sudah belajar Ajaran Buddha, tidak berapa lama kemudian saya mulai menetapkan cita-citaku, takkan menikah, saya bertekad terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, kelak bila berjodoh maka saya akan menyebarluaskan Buddha Dharma.

Mengapa tidak sudi menikah? Oleh karena setelah menikah mempunyai keluarga adalah hal yang melelahkan, apabila anda ingin berhasil maka harus terfokus.

Bahkan dalam memperjuangkan Dharma Duniawi (hal-hal yang bersifat duniawi) saja juga harus terfokus, lihat saja para ilmuwan tersohor juga banyak yang tidak menikah, bahkan kaum hawa juga demikian, lihatlah penulis buku berjudul “Nu Lun Yu”, yang bernama Song Shang-gong, juga tidak menikah, beliau bukan penganut Ajaran Buddha.

Dalam menjalani karir duniawi saja perlu terfokus apalagi dalam melatih diri? Apabila anda ingin menyebarluaskan Buddha Dharma, tentu saja pikiran lebih terfokus lebih bagus lagi, ini adalah bentuk persembahan diri kepada Buddha Dharma.

Kenyataannya yang namanya asmara itu tidak pantas kita anggap sebagai momen yang manis dan membahagiakan, faktanya boleh kita sebut sebagai nafsu cinta, yang merupakan kekotoran batin, cuma sebuah belenggu nafsu cinta saja.

Orang yang belum pernah merasakannya akan menganggap ini adalah pengalaman yang baru dan menyegarkan, tetapi bagi orang yang sudah pernah mengalaminya, cobalah tanyakan pada orang yang telah menikah, kalau waktu bisa berjalan terbalik, apakah tempo hari anda akan memilih untuk menikah, maka sekitar 80 persen akan menggelengkan kepala mengatakan “Tidak”, sudah cukup merasakan penderitaannya. Maka itu insan yang tercerahkan akan melepaskan hal begini.

Tetapi kita juga tidak boleh menasehati orang lain supaya jangan menikah, ini bisa mengundang celaan dari orang lain, mengira kita belajar Ajaran Buddha hingga jadi sesat, manusia masih harus meneruskan generasinya, kenapa pula sampai memutuskan keturunan orang lain? Orang lain malah jadi mencelamu.

Maka itu menikah atau tidak, kita tidak memotivasi juga takkan menentang, masalah anda sendiri buatlah keputusan sendiri. Apabila anda memilih untuk menikah, bertemu dengan jodoh yang baik, yang juga belajar Ajaran Buddha, ini sangat penting. Lagi pula kalau belajar Ajaran Buddha harus mempunyai keyakinan yang benar, jadi bukan yang sudah mengambil Visudhi Trisarana, lalu rajin mendengar ceramah, ini bukan bukti nyata kalau dia benar-benar belajar Ajaran Buddha. 

Kalau benar-benar belajar Ajaran Buddha adalah dimulai dari berbakti pada ayahbunda, menghormati guru dan senior, berwelas asih tidak membunuh, melatih Sepuluh Kebajikan dan mengamalkan “Tiga Berkah Karma Suci”, bersungguh-sungguh memperbaiki tabiat jelek, membulatkan tekad terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, orang begini barulah disebut benar-benar belajar Ajaran Buddha.

Ini juga merupakan jodoh, kalau jodoh maka bisa bersua, kalau tidak berjodoh meskipun diharapkan juga takkan terkabul. Kalau memang berjodoh, maka kalian boleh bertekad menghasilkan generasi penerus yang kelak bisa menyebarluaskan Buddha Dharma, ini juga hal yang bagus, benar-benar mendidiknya dengan baik sehingga kelak menjadi insan suci dan bijak, ini juga merupakan jasa kebajikan yang tak terhingga.

Tetapi di dunia ini, untuk mewujudkan hal yang baik adalah sungguh sulit, rintangan Mara datang bertubi-tubi, lebih baik melatih diri sendiri supaya berhasil duluan, setelah terlahir ke Alam Sukhavati barulah kembali lagi dengan status sebagai Bodhisattva Avaivartika, untuk mewujudkan hal baik, begini juga belum terlambat.

Apabila tekadmu sudah bulat terlahir ke Alam Sukhavati, setelah terlahir ke Alam Sukhavati dan bertemu dengan Buddha Amitabha, kemudian kembali lagi ke dunia ini, saat itu anda mau bagaimana juga bisa terwujud.        

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong
Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian
Serial ke-206
Tanggal : 21 Januari 2013



这个最好不要有自己意思,你真正有意思就是求生净土就对了,其他在世间什么事都随缘,根本不需要有求的心。结婚也好,不结婚也好,这个也不是你现在想就能想得到的,这是所谓的业力,还有你自己的愿力,这两方面相互的影响,最后有个结果。像我,我是早年学佛,学佛不久就立定志向,我这生不结婚,我要求生净土,将来有机缘弘法护法。为什么不结婚?因为结婚了有家累,你想要成就事业,必须要专心。连世间法都要专心,你看很多大科学家一生都不结婚,女孩子里头也有,你看像写《女论语》的作者宋尚宫,她就一生没有结婚,这都不是学佛的。世法尚且都要专心,更何况修佛法?你还要弘法护法,当然你心愈专一愈好,这就是你为佛法献身。实际上所谓的恋爱没有什么值得我们觉得很甜蜜很幸福的,实际上说白了就是爱欲,那是烦恼,情执爱欲而已。这个没有经历的,觉得很新鲜,经历了之后的人,你问问那些结婚的人他想不想再结婚,恐怕百分之八十的人都摇头,不想再结婚了,受够了。所以真正觉悟,这些放下最好。

但是我们也不能够到处鼓励人不结婚,这会被人毁谤,搞学佛的都搞偏了,人类还要去繁衍,你怎么就搞得断子绝孙去了?就毁谤你。所以结不结婚,我们不鼓励也不反对,你自己的事情,自己的选择。如果你选择结婚,遇到了好的缘分,都是学佛的,这个很重要。而且学佛要真学佛,不是说我很早就皈依、我听经听了很多,这未必是真学佛。真学佛是你真正从孝养父母做起,奉事师长、慈心不杀、修十善业,净业三福你真做了,真正改毛病改习气,真求生净土,这些人才是真学佛。这个也是一种因缘,可遇不可求。如果真正你们有缘,将来发愿为佛法培养一个传人,这也是个好事,按照《天下太平之根本》的教诲来做,肯定能培养出圣贤,这也是功德无量。但是在这世间做好事真的太难,魔障重重,倒不如先成就自己好,等到乘愿再来,以阿惟越致菩萨的身分来做好事,这也还不晚。你要是真正愿力恳切,你就求先往生、先见阿弥陀佛,乘愿再来,那你想怎么做都可以。今天我们只回答了九个问题,时间就到了,我们就留待下一次跟大家一起分享。有讲得不妥之处,请大家多多批评指正。谢谢大家。

  选自 修行与生活座谈会  定弘法师主讲  (第二0六集)  2013/1/21